Postingan

Menampilkan postingan dari Agustus, 2017

Skripsi Memaksa, Terpaksa Skripsi

Gambar
Halo semua! Kembali lagi, saya mau posting tentang dinamika akademis di sebagian kampus, khususon kampus-kampus di Indonesia. Udah baca kan postingan sebelumnya? Skripsi or No Skripsi , just check it out! Walaupun saya udah pernah yang namanya buat skripsi, minta ketemu dosen buat revisian, kalo revisian kelar baru deh minta tanda tangan, dan kalo udah kelar semua, dijilid terus minta tanda tangan lagi dan disahin. Singkatnya proses membentuk skripsi sih gitu. Tapi kali ini saya risih banget dengan namanya yang buat skripsi. Emang sih mereka satu angkatan sama yang nulis artikel ini, emang sih temen-temen saya waktu kuliah dulu. Tapi, apa yang saya perhatikan adalah semakin hari semakin mereka tidak menghargai sebuah proses. Kalian mau lulus ya harus lewati prosesnya dulu dong. Ibaratnya kalo kamu mau menikmati mangga -walaupun itu pohon tumbuh di pekarangan ruma loe- kalian harus rela menunggu hingga waktunya tiba dan benar-benar matang. Jadi dalam hal ini, apa yang saya perh

Skripsi or No Skripsi

Gambar
Dalam dunia akademis terkhusus untuk mendapatkan gelar S1 atau Strata 1 ini, setiap mahasiswa dituntut untuk membuat sebuah karya ilmiah yang biasanya kita sebut dengan skripsi. Karya ilmiah ini juga biasa disebut dengan Tugas Akhir, artinya ini adalah tugas pamungkas setelah sekian semseter mencari ilmu di perguruan tinggi. Rata-rata perguruan tinggi di Indonesia mewajibkan membuat skripsi sebagai syarat kelulusan untuk meraih gelar akademis sesuai dengan bidang studi yang diambil. Walaupun sebenarnya skripsi bukanlah harga mati untuk mendapatkan gelar tersebut, namun di negara seperti Indonesia adalah suatu kelaziman yang lumrah untuk menciptakan karya yang mungkin akan membantu pengembangan suatu ilmu. Di negara lain, Malaysia misalnya, di negara ini tidak mewajibkan mahasiswanya untuk menyusun skripsi. Di Korea juga, tidak mewajibkan mahasiswanya membuat skripsi sebagai tugas akhir untuk mendapatkan gelar sarjana. Tidak serta merta semua negara sama menerapkan kebijakannya