Postingan

Skripsi Memaksa, Terpaksa Skripsi

Gambar
Halo semua! Kembali lagi, saya mau posting tentang dinamika akademis di sebagian kampus, khususon kampus-kampus di Indonesia. Udah baca kan postingan sebelumnya? Skripsi or No Skripsi , just check it out! Walaupun saya udah pernah yang namanya buat skripsi, minta ketemu dosen buat revisian, kalo revisian kelar baru deh minta tanda tangan, dan kalo udah kelar semua, dijilid terus minta tanda tangan lagi dan disahin. Singkatnya proses membentuk skripsi sih gitu. Tapi kali ini saya risih banget dengan namanya yang buat skripsi. Emang sih mereka satu angkatan sama yang nulis artikel ini, emang sih temen-temen saya waktu kuliah dulu. Tapi, apa yang saya perhatikan adalah semakin hari semakin mereka tidak menghargai sebuah proses. Kalian mau lulus ya harus lewati prosesnya dulu dong. Ibaratnya kalo kamu mau menikmati mangga -walaupun itu pohon tumbuh di pekarangan ruma loe- kalian harus rela menunggu hingga waktunya tiba dan benar-benar matang. Jadi dalam hal ini, apa yang saya perh

Skripsi or No Skripsi

Gambar
Dalam dunia akademis terkhusus untuk mendapatkan gelar S1 atau Strata 1 ini, setiap mahasiswa dituntut untuk membuat sebuah karya ilmiah yang biasanya kita sebut dengan skripsi. Karya ilmiah ini juga biasa disebut dengan Tugas Akhir, artinya ini adalah tugas pamungkas setelah sekian semseter mencari ilmu di perguruan tinggi. Rata-rata perguruan tinggi di Indonesia mewajibkan membuat skripsi sebagai syarat kelulusan untuk meraih gelar akademis sesuai dengan bidang studi yang diambil. Walaupun sebenarnya skripsi bukanlah harga mati untuk mendapatkan gelar tersebut, namun di negara seperti Indonesia adalah suatu kelaziman yang lumrah untuk menciptakan karya yang mungkin akan membantu pengembangan suatu ilmu. Di negara lain, Malaysia misalnya, di negara ini tidak mewajibkan mahasiswanya untuk menyusun skripsi. Di Korea juga, tidak mewajibkan mahasiswanya membuat skripsi sebagai tugas akhir untuk mendapatkan gelar sarjana. Tidak serta merta semua negara sama menerapkan kebijakannya

Left Blank

Gambar
"Pernah ga sih? Ketika kalian memiliki ide yang brilian, tetapi tiba-tiba saja hilang pada saat kalian akan memulainya?" Yaps, inilah yang aku alami saat akan menulis sesuatu. Bukan hanya dalam hal tulis-menulis saja sih, tapi juga sesuatu yang lain. Misalnya saja, saat kamu ingin membuat sebuah rencana wisata, tapi tiba-tiba tidak ada hasrat lagi untuk melanjutkan "ide gila" itu. Pagi ini memang rencana aku ingin menulis di blog, -maklum blog dibuat sekitar tiga tahun yang lalu tapi baru aktif lagi sekarang-, tapi sobat, judul beserta isinya hilang dari kepala secara perlahan. Bukan hal baru memang dan sering banget terjadi. Jadi saranku, kalau kalian memiliki sebuah ide yang brilian, segera mulai ide itu dengan tindakan! Jangan biarkan ide yang langka itu tenggelam entah kemana! Karena jarang juga ide yang bagus itu muncul. Masalahnya adalah, ide untuk menulis -dengan judul, kerangka, tema, dan isinya- muncul ketika aku sedang di toilet. Damn! Kenapa yah, ka

Liburan Solo, Memulai Semester 6

Gambar
Catatan lama ku buka kembali dan tertuju pada waktu itu Selasa, 12 Januari 2016 Yes! Liburan semester 5 dimulai! Hari-hari dimana aku sangat senang menyambut kedatangannya. Entah mengapa liburan semester ini aku merasa kebahagiaan yang berbeda dibandingkan dengan liburan semester-semester sebelumnya. Dulu, ketika libur semester, aku memiliki hasrat untuk langsung balik ke kampung halaman, namun kini justru aku ingin tetap tinggal di Jogja, jalan-jalan, dan membaca novel. Aku hanya menerka, kemungkinan akan munculnya kebahagiaan yang berbeda ini. Mungkin aku terlalu jenuh dengan banyaknya kesibukan yang aku jalani sekama semester 5 lalu, maklum kini aku diberikan amanah sebagai Ketua Divisi Bahasa dan Budaya Korps Mahasiswa Hubungan Internasional Universitas Muhammadiyah Yogyakarta alias KOMAHI UMY! Yeeee! Di samping kesibukan menjadi Kadiv (baca: Ketua Divisi), tentu aku juga disibukan dengan berbagai macam jenis tugas kuliah, yang mulai dari papar, presentasi, resume buku, me

Sangkar

Gambar
Sebuah Sangkar “Ruangan yang tak berdinding, tanpa batas yang menghalangi untuk menghirup udara sekitar, hanya saja tersekat oleh tiang-tiang kecil yang kuat nan kokoh yang tidak dapat membuat kita keluar ataupun masuk tanpa melewati pintu.”                 Sangkar itu bagaikan penjara yang membuat kita tertahan di tempat yang sama tanpa bisa berpindah tempat kecuali jika ada yang memindahkan sangkar tersebut ke tempat lain. Hidup dalam sangkar seperti hidupnya seseorang yang tanpa perubahan. Pernyataan ini aku ambil dalam satu sudut pandang, dan akan berlanjut dalam satu sudut pandang yaitu sudut pandangku. Dalam sudut pandangku ini aku persempit dalam satu perspektif dan tidak akan ku campur dengan perspektifku yang lainnya. Sulit memang jika harus menuliskan suatu pendapat dengan begitu banyaknya sudut pandang dan perspektif yang nantinya pendapat kita akan mengalir tanpa tentu arah, seperti mengalirnya air dari tempat tinggi ke tempat rendah yang menemui banyak cabang ali